Sabtu, 18 Maret 2017

Doa Bagi Buah Hati
Pembaca setia Tashfiyah, di rubrik buah hati ini kita masih berusaha mempelajari bagaimana sikap teladan kita terhadap anak-anak. Karena dengan mempelajari hal itu kita menjadi tahu betapa besar perhatian agama ini kepada makhluk kecil yang sedang melalui masa-masa pertumbuhan. Kali ini kita akan membahas salah satu bentuk perhatian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu mendoakan kebaikan untuk anak.
Sebagai seorang yang beriman kepada rububiyah Allah, setiap muslim tentu tahu betapa besar pengaruh doa. Allah subhanahu wata’ala menyatakan bahwa Ia subhanahu wata’ala akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Kita pun tentu pernah, bahkan sering merasakan atau menyaksikan buktinya. Semua itu membuat kita yakin bahwa manusia sangat butuh terhadap doa, tentunya doa kebaikan.
Terlebih lagi anak-anak, di mana mereka sedang tumbuh menuju dewasa. Yang kelak mereka akan menghadapi sebuah masa yang belum diketahui kondisinya. Tentu saja mereka sangat membutuhkan doa kebaikan. Dan memang demikian yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tak hanya mendoakan kebaikan bagi anak cucu beliau saja, namun anak-anak para sahabat pun tak luput dari doa kebaikan beliau.
Salah seorang sahabat yang menceritakan kisah pribadinya ketika didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masa kecilnya adalah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu . Anas mengatakan,

جَاءَتْ بِي أُمِّي أُمُّ أَنَسٍ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ أَزَّرَتْنِي بِنِصْفِ خِمَارِهَا وَرَدَّتْنِي بِنِصْفِهِ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ هَذَا أُنَيْسٌ ابْنِي أَتَيْتُكَ بِهِ يَخْدُمُكَ فَادْعُ اللهَ لَهُ فَقَالَ اللهم أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ قَالَ أَنَسٌ فَوَاللهِ إِنَّ مَالِي لَكَثِيرٌ وَإِنَّ وَلَدِي وَوَلَدَ وَلَدِي لَيَتَعَادُّونَ عَلَى نَحْوِ الْمِائَةِ الْيَوْمَ

Ibuku, Ummu Anas, membawaku ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia memakaikanku sarung dengan menggunakan separuh dari kain kerudungnya. Dan memakaikan baju atasan untukku dengan separuh baju atasannya. Lalu ibuku berkata, “Wahai Rasulullah, ini Unais (Anas kecil, pen.) anak saya, saya membawanya agar ia bisa menjadi pelayan Anda. Maka berdoalah kepada Allah untuk kebaikannya.” Lalu Rasulullah berkata, “Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya.” (Anas berkata) Demi Allah, sungguh aku memiliki harta yang banyak. Dan saat ini anak dan cucuku mencapai sekitar seratus orang. [H.R. Muslim no 4531]
Selain kisah Anas ini, banyak sekali hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan kebaikan untuk anak-anak. Baik untuk urusan dunia maupun akhirat mereka. Hal ini tentu menunjukkan bahwa mendoakan kebaikan untuk anak adalah sesuatu yang disyariatkan dalam Islam. Oleh karena itu sebagai orang tua, mestinya kita banyak mendoakan kebaikan untuk anak-anak kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mendoakan kejelekan untuk anak. Sebaliknya, beliau melarang orang tua mendoakan kejelekan bagi anak-anaknya. Jabir bin Abdillah radhiyallahu‘anhuma meriwayatkan sebuah hadits, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لا تُوافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةَ يُسأَلُ فِيهَا عَطَاءً، فَيَسْتَجِيبَ لَكُم

“Janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk diri kalian. Janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk anak-anak kalian. Janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk harta kalian. Jangan sampai kalian berdoa seperti itu menepati suatu waktu yang jika Allah dimintai sesuatu maka akan dikabulkan.” [H. R. Muslim no. 5328]
Tentunya tak ada orang tua yang menginginkan kejelekan bagi anaknya. Karena itu kita mesti hati-hati dalam berucap. Jangan sampai keluar kata-kata buruk sehingga hal itu berakibat buruk pula pada anak-anak. Semoga Allah melindungi kita dari yang demikian. Hal itu perlu dihindari terutama saat orang tua marah kepada anaknya. Karena emosi bisa membuat orang lupa diri dan tak terkendali. Namun mestinya kita senantiasa ingat peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini sehingga kita bisa menghindarinya. Wallahul muwaffiq.[Ustadzah Ummu Umar].

Sabtu, 07 Januari 2017

Wajibnya Menyusui Buah Hati
Pembaca Tashfiyah, ada kewajiban yang mesti ditunaikan saat seorang ibu mendapat anugerah anak. Kewajiban itu adalah memenuhi hak menyusui bayinya hingga masa yang telah ditentukan. Sayangnya banyak dari para ibu muslim yang tidak perhatian dengan kewajiban ini. Dengan alasan yang tidak syar’i banyak dari para ibu yang meninggalkan hak penyusuan anaknya.

Padahal Allah telah berfirman memerintahkan para orang tua untuk menunaikan susuan sebagai hak sang anak dalam firman-Nya yang artinya, “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Q.S. Al Baqarah:233]

Pembaca Tashfiyah, kita tentu tahu bahwa Allah telah menetapkan gizi dan makanan si anak melewati air susu ibunya. Sehingga air susu sang ibu adalah hak si anak untuk keberlangsungan hidupnya. Sang ibu semestinya menunaikan hak si anak. Walau begitu, sang ibu tidaklah dipaksa untuk menyusui bayinya. Boleh bagi orang tua untuk memenuhi kebutuhan susu anaknya dengan menyewa seorang wanita agar menyusuinya atau dengan model penyusuan lainnya. Tentu bila ada alasan yang dibenarkan syariat akan hal itu.

Akan tetapi kewajiban ibu menyusui sang anak menjadi wajib baginya apabila sang anak tidak mau menerima selain ASI ibunya, atau tidak ada kemampuan bagi sang ayah untuk membayar seorang wanita agar menyusui anaknya atau alasan syari lainnya. Bila tidak diberikan, akan memudharati sang anak. Saat itulah sang ibu wajib menunaikan kewajibannya.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bermimpi, dan mimpi Rasul adalah wahyu. Beliau bersabda tentang sebagian peristiwa yang beliau lihat dalam mimpi tersebut:

… فَإِذَا أَنَا بِنِسَاء تُنْهَشُ ثَدْيَهُنَّ الْحَيَاتُ فَقُلْتُ: مَا بَالُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: هَؤُلَاءِ اللَوَاتِيْ يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ

“Tiba-tiba aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya, ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab, ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i).’” [H.R. Al-Hakim lihat dalam Ash Shahihah karya Al Albani dan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullaah dalam Al-Jami’ush Shahih berkata, “Hadits ini shahih dari Abu Umamah Al-Bahili.”]

Pembaca Tashfiyah, demikianlah ancaman yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para wanita yang tidak mengindahkan kewajiban penyusuan anaknya. Oleh karena, bagi para ibu, hendaknya bersungguh-sungguh dalam memerhatikan hak-hak anaknya. Janganlah bermudah-mudahan melimpahkan tanggung jawab ini kepada wanita lain, atau dengan memberikan air susu pengganti padahal ia mampu memberikan ASI kepada anaknya. Mereka adalah amanah atas para orang tua yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Wallahul muwaffiq.

[Ustadz Hammam]
Sumber: http://tashfiyah.com/wajibnya-menyusui-buah-hati/

Jumat, 06 Januari 2017

Media Sosial Dalam Kehidupan dan pengaruhnya

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ

Perkembangan informatika dan komunikasi semakin hari semakin pesat. Keberadaan internet benar-benar membuat akses informasi dan komunikasi semakin cepat dan mudah.

Di antara perkembangan paling mutakhir adalah apa yang dikenal dengan "Jejaring sosial" atau "Media Sosial" (Medsos). Belakangan ini, medsos benar-benar mewarnai kehidupan umat manusia di dunia, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Tak terkecuali kaum muslimin. Sebut saja, Facebook, Twitter, Youtube, Whatsapp, Telegram dan sebagainya merupakan aplikasi medsos paling ngetrend hampir-hampir tak pernah absen di gadget setiap orang. Layanan SMS dan telepon tidak lagi menjadi layanan utama dalam berkomunikasi.

Ciri Utama Media Sosial

Ciri utama media sosial atau jejaring sosial adalah bisa bertukar informasi dengan mudah dan cepat. Biasanya berupa chatting, blogging, forum diskusi, dan berbagi (share) pesan, gambar, audio, atau video. Karena merupakan "dunia maya" yang terhubungkan melalui jaringan internet, maka media ini bersifat tanpa batas!!!

Sarana Dakwah

Dakwah merupakan amal yang agung dan mulia dalam Islam. Allah Subhanahu wataala, berfirman:
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (berdakwah) kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata, 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?'." (Fushilat:33)

Apabila para penyeru kepada kekufuran, kebtilan, dan kesesatan menggunakan berbagai media tak terhitung banyaknya, baik berupa majalah, koran, tabloid, buletin, radio, televisi, termasuk juga melalui jaringan internet dengan segala bentuk fasilitas dan medianya.

Maka, para penyeru kebenaran wajib memperbanyak media-media mereka dengan beragam bentuk yang telah disebutkan. Bahkan suara para penyeru kebenaran harus lebih tinggi dan lebih lantang. Semakin tinggi dan lantang suara mereka, maka akan semakin besar pengaruhnya dengan izin Allah.

Berapa banyak dari umat ini yang berada dalam kesesatan karena tidak sampai kepada mereka dakwah Islam yang benar. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang belum mengenal Islam dalam bentuk yang sebenarnya. Di antara sebabnya adalah lemahnya semangat dan upaya para da'i (penyeru) dalam menggunakan berbagai media yang dibenarkan secara syar'i di medan dakwah.

Berbagai media yang diizinkan secara syar'i itu, bisa berupa: buletin, majalah, kaset-kaset/audio, maupun jaringan internet, termasuk jejaring sosial/media sosial. Dengan senantiasa berpegang kepada akidah yang benar, manhaj (metodologi) yang benar, dan mulia, serta rambu-rambu syar'i dalam halal-haram dan dalam berdakwah.

Melalui media-media tersebut, hendaknya para da'i menyebarkan:
1. Al Qur'an al karim dengan tafsirnya yang benar, dalam berbagai pembahasan,
2. As-Sunnah yang Shahih dengan penjelasannya (syarh) yang benar, dalam berbagai pembahasan,
3. Akidah yang benar dalam semua pembahasannya,
4. Fikih yang benar dalam semua pembahasannya,
5. Akhlak Islami dengan segala penggambarannya,
6.Sirah (perjalanan hidup)Rasulullah yang mulia dan sirah para nabi dan rasul
7. Sirah para shahabat yang mulia, dan sirah para ulama umat yang mengikuti para shahabat dengan baik.

Menyebarkan Ilmu dan Membela Al Haq

Tidak diragukan, bahwa menyebarkan ilmu syari'at/ilmu agama merupakan salah satu amalan paling utama. Al Imam Al Mujahid Abdullah bin Al Mubarak (w. 181 H) mengatakan, "Setelah tugas kenabian aku tidak tahu ada derajat yang lebih utama dibandingkan menyebarkan ilmu." (Tahdzibul Kamal 16/20).

Maka para pengusung dan pembela al Haq (Kebenaran), terutama orang-orang yang berilmu, harus giat dan bersemangat dalam menyebarkan ilmu agama. jangan sampai para pengusung dan pembela kebatilan malah lebih giat daripada pembela al Haq.

Salah satu bentuk penyebaran ilmu yang paling luas dan efektif adalah melalui media sosial. Maka jangan biarkan media-media tersebut dimanfaatkan dan dipenuhi oleh para penjaja kemaksiatan atau agen-agen kesesatan.

Bahaya Media Sosial

Dibalik layanan yang mudah dan cepat, serta banyak manfaat yang bisa diraih dengannya, media sosial juga menyimpan banyak bahaya yang sangat besar.

Facebook, Twitter, Youtube, Whatsapp, Telegram, dan jejaring sosial lainnya ternyata juga berpotensi besar dalam menghancurkan akidah dan moral para pemakainya, terutama dari kalangan generasi muda.Berapa banyak rumah tangga menjadi berantakan, anak gadis terenggut kehormatannya, bahkan da'i menjadi tergelincir gara-gara jejaring sosial/medsos!!

Berikut beberapa kerusakan akibat media sosial:
1. Ajang tersebarnya propaganda kebatilan

Akses yang sangat cepat dan mudah di medsos/jejaring sosial, membuat berbagai kerusakan dan kebatilan juga tersebar dengan cepat. Ajakan-ajakan kepada kemaksiatan, misalnya berupa gambar-gambar porno, dll dengan mudah di-share atau di copas di medsos. Demikian juga kaum komunis, kaum syi'ah, atau kaum teroris (ISIS/al Qaeda), menggunakan medsos sebagai media propaganda untuk mempengaruhi generasi muda kaum muslimin.

Berapa banyak anak yang baik akhirnya terseret menjadi teroris, nekat melakukan bom bunuh diri atau tiba-tiba ikut kegiatan huseiniyyah-nya syiah dan fanatik berat kepada Khomeini, atau tiba-tiba berpola pikir ke"kiri-kiri"an alias komunis, ternyata karena termakan propaganda di medsos!! Maka waspadalah wahai para pemuda dan orang tua.

2. Lupa beribadah

Karena terlalu asyik dengan medsos, banyak dari para penggunanya yang lupa atau terlambat sholat berjama'ah di masjid, semakin jarang membaca al-Qur'an, dan sebagainya.

3. Pergaulan bebas tanpa batas

Dunia medsos merupakan dunia internet, yang berarti dunia tanpa batas. Di medsos seseorang bisa berjumpa dengan siapa saja. Apa jadinya pengguna medsos yang minim bekal iman dan bekal ilmu manakala bertemu dengan lawan jenisnya, atau bahkan berteman akrab dengan seorang yang beda agama dengannya?

Banyak kasus terjadi anak gadis dibawa kabur pacarnya yang bermula dari pertemanan di dunia maya (internet), bahkan terenggut kehormatannya!!! SubhanaAllah ... sangat miris mendengarnya.

4. Merusak Rumah Tangga

Suami sibuk dengan gadget-nya, si istri bisa berjam-jam asyik dengan Whatsapp atau Facebook-nya. Anak-anak pun juga demikian. Apa jadinya rumah tangga seperti ini??

Terlalu banyak kasus perselingkuhan dan perceraian terjadi, bermula dari atau gara-gara medsos!!

5. Bermunculan Admin-admin tak dikenal

Dengan maraknya grup-grup di Whatsapp, banyak orang-orang tidak di kenal tampil menjadi admin grup. Atau dia diposisikan sebagai ustadz yang mengerti masalah-masalah agama atau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Padahal salah satu prinsip penting yang harus diperhatikan adalah sebagaimana ucapan al Imam Muhammad bin Sirin, "Sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka perhatikanlah dari mana kalian mengambil agama kalian."(Muqadimah Shahih Muslim)

Masih banyak lagi kerusakan-kerusakan lainnya yang tidak mungkin disebutkan semua dalam ruang yang terbatas ini.

Sangat berbahaya bagi anak-anak dan remaja

Mengingat berbagai kerusakan terjadi akibat media sosial, maka media sosial sangat berbahaya bagi pemakainya, terutama anak-anak dan remaja.

Di antara langkah bijak yang sangat tepat ditempuh oleh beberapa lembaga pendidikan, yaitu melarang secara total anak didiknya menggunakan media sosial. Bahkan juga SMS walaupun handphone edisi lama. ini merupkan langkah yang patut didukung.

Renungan Bagi Orang Tua dan Para Pendidik

Hendaknya para orang tua dan para pendidik menyadari bahwa medsos dapat menggerus eksistensi iman, takwa, dan keshalihan putra-putri/anak-anak didik anda. Media sosial siap mengantarkan seseorang menjelajahi berbagai penjuru dunia dalam kondisi badannya berada di kamarnya. Di dunia maya ini dia bisa bertemu dengan siapa saja - entah itu orang baik atau orang jelek akhlaknya-, mendengar, melihat, dan membaca apa saja. Mempersilakan setiap orang menjadi temannya, atau dia hendak berteman dengan setiap orang.

Bila di dunia nyata seorang ayah/ibu/pendidik bisa ketat mengawasi pergaulan putra-putri/anak-anak didiknya, maka dia bisa kebobolan dalam mengawasi mereka di dunia maya ini. Maka waspadalah wahai para orang tua/para pendidik !!!

Hendaknya orang tua /pendidik menjauhkan internet, facebook, twitter, Whatsapp dan berbagai aplikasi media sosial lainnya baik melalui komputer/laptop maupun HP atau pun lainnya dari putra-putri/anak-anak didiknya. Jangan biarkan mereka asyik bercengkrama dengan media tersebut, yang berarti itu mempersilakan siapapun untuk bercengkrama dengan putra-putri /anak-anak didik anda. Na'udzubillah.

Sungguh di dunia maya banyak pihak yang siap merenggut iman dan taqwa dari qalbu (hati) anak-anak, melemahkan semangat belajarnya, dan melunturkan kecintaan terhadap bimbingan Islam. Sebaliknya dapat mengingatkan anak-anak pada memori dan kenangan masa lalu yang kelam dan penuh kelabu. Sekali lagi berhati-hatilah, jauhkan internet, facebook, Twitter, Whatsapp, Telegram, Youtube, Instragram, dll dari putra-putri/anak didik anda.

Wallahu 'alam bish shawab.
Penulis : Ustadz Alfian Hafidzallahu ta'ala
Sumber: Di kutip dari Buletin Jum'at Al Jihad Edisi:016/04/1438/2017