Rabu, 23 Agustus 2017

Keutamaan Bakti Kepada Orang Tua
Apa keutamaan birrul walidain?
Sahabat Tashfiyah semoga Allah merahmati kita semua. Birrul walidain memiliki banyak keutamaan dan kebaikan di dunia dan di akhirat.

Di antara keutamaannya, birrul walidain adalah wasiat Allah Rabbul ’alamin.

Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya, “Dan Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya.” [Q.S. Luqman: 14]

Birrul walidain adalah sifat kaum mukminin, bahkan inilah sifat para Nabi dan Rasul.

Coba perhatikan bagaimana Allah kisahkan Nabi Yahya bin Zakariya, Allah menyanjungnya dengan sifat ini. Allah berfirman yang artinya, “Dan (Yahya) banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” [Q.S. Maryam: 14]

Demikian pula Isa bin Maryam ‘alaihis salam. Beliau sosok Rasul yang sangat berbakti pada Ibundanya, Maryam. Allah berfirman mengisahkan ucapan Isa, “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku…” [Q.S. Maryam: 31-32]

Tidak kalah hebatnya dari dua keutamaan di atas, Birrul walidain adalah sebab keridhaan Allah subhanahu wata’ala.

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رِضَا اللهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ

“Ridha Allah tergantung kepada ridha orang tua.” [H.R. Tirmidzi. Dari Abdullah Ibnu ‘Amr al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma Hadits ini shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim].

Betapa bahagianya ketika seorang telah meraih ridha Allah. Sungguh segala kebaikan dunia dan akherat akan dia gapai, dengan keridhaan Allah.

Di antara keutamaan lainnya, birrul walidain adalah amalan yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebutkan sebelum jihad fi sabilillah.

Ya, lebih utama dari jihad fi sabilillah. Ibnu Mas’ud z mengatakan -sebagaimana dalam riwayat Shahih Al-Bukhari dan Muslim-, “Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ‘Amalan apakah yang paling utama?’ Beliau mengatakan, ‘Shalat pada waktunya.’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa setelahnya?’ Beliau menjawab, ‘Birrul walidain.’ lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi wahai Rasulullah?’ Beliau mengatakan, ‘Jihad fi sabilillah.’”

Allahu akbar!!

Di antara keutamaannya, birrul walidain adalah pintu yang sangat lebar bagi seseorang untuk masuk ke dalam surga.

 Dan sungguh kerugian yang besar manakala seorang sempat menjumpai kedua orangtuanya dan berkesempatan berbakti kepada keduanya atau salah seorang dari keduanya namun ia tidak mampu meraih surga.

Sebagaimana Jibril pernah berdoa, “Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satu keduanya di masa tua namun dia tidak bisa masuk dalam surga.” Rasulullah n kemudian mengaminkan doa Jibril.

Birrul walidain sangat banyak keutamaannya, sehingga tidak heran ketika Allah subhanahu wata’ala menyebutkan hak kedua orang tua beriringan dengan hak Allah subhanahu wata’ala. Seperti dalam firman-Nya yang artinya, “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” [Q.S. Al Isra : 23]

Demikian pula dalam firman-Nya yang artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” [Q.S. An Nisa: 36].

Tidak lupa, di antara keutamaan birrul walidain, Allah akan mudahkan urusannya dan dimudahkan mendapatan jalan keluar di saat problematika menimpa.

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim Rasulullah n pernah mengabarkan sebuah kisah tentang tiga orang Bani Israil yang terperangkap dalam sebuah gua. Salah seorang di antara mereka adalah seorang yang sangat berbakti kepada kedua orang tua. Di saat kesempitan, ia pun berdoa kepada-Nya. Doanya terkabul dengan sebab birrul walidain, Allah bantu mereka di kala sempit. Allah geser batu besar yang menutup mulut gua. Bukti-bukti nyata dalam kehidupan banyak kita jumpai. Allah muliakan mereka yang berbakti kepada kedua orang tua, sebaliknya Allah timpakan kejelekan bagi mereka yang durhaka kepada keduanya.

Saudara, mampukah kita berbakti kepada kedua orang tua? semoga Allah senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita. Amin.

[Al Ustadz Rijal bin Isnaini, Lc]


Sumber: Tashfiyah

Minggu, 19 Maret 2017

MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAH DAN SYARAT-SYARATNYA
08 MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAH DAN SYARAT-SYARATNYA

Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullahu ta’ala

س ١ – ما هي شروط “لا إله إلا الله” ومعناها؟
ج ١ – اعلم يا أخي المسلم -هدانا الله وإياك- أن “لا إله إلا الله” مفتاح الجنة، ولكن ما من مفتاح إلا وله أسنان، فإن جئت بمفتاح له أسنان فتح لك، وإلا لم يفتح لك.
وأسنان هذا المفتاح هي شروط “لا إله إلا الله” الآتية:
(١) العلم بمعناها: وهو نفي المعبود بحق عن غير الله، وإثباته لله وحده.
قال الله – تعالى: {فاعلم أنه لا إله إلا الله} [محمد: ١٩]
(أي لا معبود في السموات والأرض بحق إلا الله).
وقال – صلى الله عليه وسلم -: “من مات وهو يعلم أنه لا إله إلا الله دخل الجنة” [رواه مسلم]

Pertanyaan 1:

Apa saja syarat la ilaha illallah dan apa maknanya ?

Jawaban :

Ketahuilah wahai saudaraku muslim -semoga Allah memberi hidayah kepada kita dan engkau- sesungguhnya la ilaha illallah adalah kunci surga, akan tetapi tidak ada satupun kunci melainkan pasti memiliki gigi-gigi sehingga kalau engkau membawa kunci yang memiliki gigi-gigi tersebut maka pasti pintu akan terbuka untukmu dan kalau tidak maka pintu tidak akan terbuka untukmu.
Dan gigi-gigi dari kunci surga tersebut adalah syarat-syarat la ilaha illallah berikut ini :
1. Berilmu tentang maknanya yaitu meniadakan seluruh sesembahan selain Allah dan menetapkan sesembahan yang haq hanyalah bagi Allah.

Allah ta’ala berfirman : “Ketahuilah tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah.” (QS. Muhammad : 19)

Yakni : tidak ada sesembahan yang hak di langit maupun di bumi kecuali Allah.
Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan dia mengetahui bahwasannya tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah maka dia akan masuk surga.” (HR. Muslim)

(٢) اليقين المنافي للشك: وذلك أن يكون القلب مستيقنا بها بلا شك.
قال الله تعالى: {إنما المؤمنون الذين آمنوا بالله ورسوله ثم لم يرتابوا …} (لم يرتابوا: أي لم يشكوا). [الحجرات: ١٥]
وقال – صلى الله عليه وسلم -: أشهد ان لا إله إلا الله، وأني رسول الله لا يلقى الله بهما عبد غير شاك فيحجب عن الجنة” [رواه مسلم]
2. Al-Yakin yang meniadakan keraguan : yaitu hati dia yakin dengan kalimat laa ilaaha illallah dan tidak ada keraguan.
Allah ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian dia tidak memiliki keraguan…” (QS. Al-Hujarat : 15)

Lam yartaabu maknanya tidak ragu
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Syahadat Laa Ilaaha Illallah wa Muhammad Rasulullah, tidak ada seorangpun yang berjumpa dengan Allah dengan kedua kalimat tersebut dengan tanpa keraguan, sungguh dia tidak akan terhalangi dari surga. (HR. Muslim)

(٣) القبول لما اقتضته هذه الكلمة بقلبه ولسانه. قال الله -تعالى- حكاية عن المشركين: {إنهم كانوا إذا قيل لهم لا إله إلا الله يستكبرون (٣٥) ويقولون أئنا لتاركو آلهتنا لشاعر مجنون} [الصافات: ٣٥]
(أي يستكبرون أن يقولوها كما يقولها المؤمنون) [ذكره ابن كثير]
وقال – صلى الله عليه وسلم -:”أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله، فمن قال لا إله إلا الله فقد عصم مني ماله ونفسه إلا بحق الإسلام وحسابه على الله -عز وجل-” [متفق عليه]

3. Menerima dari kalimat syahadat tersebut dengan hati dan lisannya.
Allah ta’ala berfirman (menghikayatkan tentang orang musyrik) : “Sesungguhnya mereka dahulu apabila diseru kepada kalimat laa ilaaha illallah mereka menyombangkan diri dan mereka mengatakan apakah kita akan meninggalkan sesembahan kita hanya karena ucapan seorang penyair yang gila?.” (QS. As-Shoffat : 35)

Yaitu mereka sombong dari mengucapkan syahadat yang mana kaum mu’minin mengucapkannya (disebutkan oleh ibnu katsir)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan laa ilaaha illallah, maka siapa yang mengucapkan laa ilaha illallah maka harta dan jiwanya terjaga dariku kecuali dengan hak Islam dan hisabnya diserahkan kepada Allah azza wajalla.” (Muttafaqun alaihi)

(٤) الإنقياد والإستسلام لما دلت عليه.
قال الله تعالى: {وأنيبوا إلى ربكم وأسلموا له} [الزمر: ٥٤]
(أي ارجعوا إلى ربكم واستسلموا له) [ذكره ابن كثير]

4. Tunduk dan berserah diri dengan apa yang ditunjukkan oleh kalimat syahadat tersebut.
Allah ta’ala berfirman : “Dan kembalilah kalian kepada Robb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar : 54)

yaitu kembalilah kalian kepada Robb kalian dan berserah dirilah kepada-Nya (disebutkan oleh Ibnu Katsir -rahimahullah-)

(٥) الصدق المنافي للكذب، وهو أن يقولها صدقا من قلبه.
قال الله تعالى: {الم (١) أحسب الناس أن يتركوا أن يقولوا آمنا وهم لا يفتنون (٢) ولقد فتنا الذين من قبلهم فليعلمن الله الذين صدقوا وليعلمن الكاذبين} [العنكبوت: ١ – ٣]
وقال – صلى الله عليه وسلم -: “ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله، وأن محمدا عبده ورسوله صدقا من قلبه إلا حرمه الله على النار” [متفق عليه]

5. Jujur yang meniadakan kedustaan, yaitu dia mengucapkan kalimat syahadat tersebut dengan jujur dari hatinya

Allah ta’ala berfirman : “Alif lam mim. Apakah manusia menyangka akan dibiarkan mengatakan kami telah beriman dan mereka tidak diuji. Dan sungguh kami telah menguji orang sebelum mereka dan sungguh Allah mengetahui orang-orang yang jujur dan orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut : 1-3)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tidak ada seorang pun yang bersyahadat Laa Ilaaha Illallah wa Anna Muhammad Rasulullah dengan jujur dari hatinya melainkan Allah akan mengharamkan atasnya neraka.” (Muttafaqun ‘alaihi)

(٦) الإخلاص: وهو تصفية العمل بصالح النية عن جميع شوائب الشرك.
قال الله تعالى: {وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين} [البينة: ٥]
وقال – صلى الله عليه وسلم -: “أسعد الناس بشفاعتي من قال: لا إله إلا الله خالصا من قلبه، أو نفسه” [رواه البخاري ج ١/ ١٩٣]
وقال – صلى الله عليه وسلم -: “إن الله حرم على النار من قال: لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله -عز وجل-“. {رواه مسلم ج ١/ ٤٥٦]

6. Ikhlas
yaitu memurnikan seluruh amal sholeh dari segala bentuk kotoran-kotoran syrik
Allah ta’ala berfirman : “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan mengikhlaskan agama ini hanya untuk-Nya.” (QS. Al-Bayyinah : 5)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Manusia yang paling beruntung dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illlah murni dari hatinya atau dari jiwanya.” (HR. Al-Bukhori : 1/193)

Dan beliau juga bersabda : “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi siapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan mengharapkan wajah Allah ‘azza wajalla.” (HR. Muslim : 1/456)

(٧) – المحبة لهذه الكلمة الطيبة، ولما اقتضت ودلت عليه، ولأهلها العاملين بها الملتزمين بشروطها، وبغض ما ناقض ذلك.
قال الله تعالى: {ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله} (أندادا: شركاء). [البقرة: ١٦٥]
وقال – صلى الله عليه وسلم -: “ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان: أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا الله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد إذ أنقذه الله منه، كما يكره أن يقذف في النار” [متفق عليه] (بتصرف من كتاب الولاء والبراء للدكتور محمد سعيد القحطاني)

7. Cinta
yaitu mencintai kalimat syahadat yang mulia ini dan mencintai konsekuensi yang dikandungnya dan mencintai orang-orang yang komitmen beramal dengan syarat-syaratnya dan membenci siapa saja yang menentang kalimat tersebut

Allah ta’ala berfirman : “Dan diantara manusia ada yang mencintai tandingan-tandingan selain Allah seperti kecintaan kepada Allah, adapun orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqoroh : 165)

An-Dadan ( أندادا ): yaitu sekutu-sekutu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga perkara yang siapa mendapatinya maka dia akan mendapatkan manisnya keimanan : dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari selainnya, dia mencintai seseorang karena Allah, dan dia membenci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana dia tidak mau dilemparkan ke dalam api.” (Muttafaqun ‘alaihi)
[Disaripatikan dari Kitab Al-Wala Wal Baro karya Dr. Muhammad Said Al-Qohtoni] 

٨ – أن يكفر بالطواغيت وهي المعبودات من دون الله، ويؤمن بالله ربا ومعبودا بحق.
قال الله تعالى: {فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى لا انفصام لها} [البقرة: ٢٥٦]
وقال – صلى الله عليه وسلم -: “من قال لا إله إلا الله، وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه” [رواه مسلم]

8. Mengingkari Thoghut-Thoghut
Thogut yaitu sesembahan-sesembahan selain Allah dan beriman kepada Allah Robb dan sesembahan yang hak.

Allah ta’ala berfirman : “Maka barangsiapa yang ingkar kepada thogut dan beriman kepada Allah maka sungguh dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat yang tidak akan terputus.” (QS. Al-Baqoroh : 256)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah maka harta dan darahnya diharamkan.” (HR. Muslim)

Rujukan :
Majmu’ah Rasa`il at Taujihat al Islamiyyah li Ishlahil Fardhi wal Mujtama’. [Jilid 1 hal. 248-250]
Disalin dari :
WhatsApp Salafy Kendari
Channel Telegram || https://telegram.me/salafykendari

Sumber: http://ahlussunnahkendari.com/blog/makna-laa-ilaaha-illallah-dan-syarat-syaratnya/